Pria Impian

Awalnya kami berkenalan dari social media, setelah mengobrol cukup lama disana akhirnya bertukar nomor handphone. Kami berkirim pesan hingga berbulan-bulan, sampai akhirnya dia mengakui kalau menyukaiku namun saat itu tidak langsung ku terima karena masih banyak keraguan yang aku miliki. 

Prince, dia adalah seorang laki-laki tampan, mapan, dan tinggal di Korea. Mungkin kalian sempat berpikir kalau dia adalah sesosok pangeran sempurna, tidak. Dia punya satu kekurangan, yaitu tidak bisa bernyanyi. Saat itu usiaku tepat 21 tahun, lalu aku memintanya untuk menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Tiba-tiba ada pesan masuk berisi voice note, aku langsung mendengarkannya. Saat itu aku tersenyum saat mendengar dirinya bernyanyi, aku senang karena itu pertama kalinya mendengar suaranya. Setiap hari Prince mengirimkan foto aktivitasnya agar aku mengetahui kabarnya. Dan aku pun mulai terbiasa dan mengikuti melakukan hal yang sama sepertinya.

Suatu ketika aku mengajaknya untuk melakukan video call, dengan sedikit memaksa, karena aku penasaran dengan dirinya. Apakah dia benar-benar seorang pria? Ya karena aku diingatkan oleh teman-teman untuk waspada, agar tidak tertipu oleh dirinya. Akhirnya kami melakukan video call untuk pertama kalinya, padahal saat itu dia ingin pergi ke tempat gym namun karena aku memaksa jadi dia mau melakukan video call denganku. 

Melihat wajahnya yang tetap tampan meskipun tertutup masker, lalu dia bertanya 
"Apakah kamu bisa melihatku? Aku sedang menggunakan pakaian apa? Mengapa disana gelap sekali?" 

Aku sengaja mematikan lampu kamar, agar dia tidak bisa melihatku. 
Tapi, setelah itu aku yakin kalau dia nyata. 
Kami saling menceritakan tentang diri kami, dia khawatir karena aku yang kurang bisa menjaga diri dengan baik.
Aku sempat marah kepada dirinya karena salah paham dengan ucapannya, akhirnya aku tidak membalas pesannya. 

Lalu aku kembali membalas pesannya dan dia bertanya, 
"Kamu apa kabar? Kenapa tiba-tiba menghilang?"

Setelah itu hubungan kami kembali baik, dan meresmikan hubungan kami.
Saat itu aku merasa senang, karena aku benar-benar menyukainya. 

Dia bertanya, "Apakah kamu sudah makan? Makan dengan apa?" 

Ya, dia selalu bertanya aku sudah makan atau belum, karena aku memiliki penyakit maag namun malas sekali untuk makan.

Lalu dia mengirimkan foto kalau sedang makan malam, dan berkata 
"Aku makan dulu."

Ada kalanya dia sangat romantis, karena dengan tiba-tiba foto yang aku kirimkan kepadanya dijadikan status. 
Entah harus malu atau senang.
Malu karena wajahku yang tidak rupawan.
Senang karena fotoku dijadikan statusnya.

Setelah beberapa minggu berpacaran, dirinya semakin sibuk, sehingga mulai jarang berkomunikasi denganku.
Sampai akhirnya hubungan kami mulai renggang, dan aku berpikir sulit untuk berhubungan jarak jauh karena perbedaan waktu.
Lalu aku menghilang kembali, dan aku kecewa karena dia tidak mencariku.

Rasanya seperti bocah remaja yang sedang berpacaran.
Dan akhirnya kami putus, karena aku merasa seperti tidak mengenal dirinya seutuhnya.
Pacaran via online memang sulit, tapi aku benar-benar memiliki perasaan itu.
Terima kasih sudah hadir di hidupku selama 6 bulan,
aku harap kamu menemukan wanita yang tepat.












Comments